Kebaya Sebagai Pesona Wanita Indonesia

Perkembangan pattern busana saat ini memang tidak bisa dibilang lamban. Perkembangan zaman mempengaruhi mode pakaian dan busana pria dan wanita, sehingga era trendy ini Indonesia juga sudah dimasuki mode mode busana luar. Trend busana saat ini pun tidak lepas dari campur tangan kebudayaan Barat, namunbila ditarik lebih jauh lagi, akar dari munculnya busana adalah dari budaya Yunani Kuno, Romawi, dan Nasrani (Zaman, 2001). Pada realitanya, busana pun berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan dan keadaan masyarakat di dalamnya, sehingga terdapat berbagai corak busana antar satu daerah dengan daerah lain. Dan pengaruh budaya terhadap bentuk busana dan penerapannya ini pun memengaruhi setiap daerah di dunia.

Khusus busana wanita, akhir-akhir ini di media sosial para artis dan para mannequin wanita banyak dikomentari soal busana yang terbuka yang dianggap menggumbar aurat. Komentar-komentar ini kebanyakan ditulis oleh wanita-wanita muslim yang menggunakan pakaian tertutup. Media sosial seperti Instagram dipenuhi oleh komentar-komentar soal menutup aurat tiap kali para selebriti atau idola wanita menampilkan foto-foto dengan busana terbuka. Lalu bagaimana harusnya pakaian yang sesuai untuk wanita Indonesia secara umum?

Menurut Brenner, banyak intrepretasi yang kemudian muncul mengenai budaya berpakaian/berbusana muslim, bahwa dalam menutup aurat ada yang percaya bahwa harus menutup badan untuk sholat saja, dan tidak harus sehari-hari. Keberagaman budaya di Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran tentang busana dan pakaian adat yang digunakan juga berbeda-beda. Kita tidak dapat mengeksklusifkan bahwa semua wanita harus memakai busana tertutup seperti yang dipakai oleh wanita muslim jika kita bersama paham atas keberagaman adat dan agama di Indonesia.

Mari kita mundur ke period kehidupan Ibu Kartini ( ) pada masa remajanya di usia 12 tahun. Sebagai keturunan bangsawan, sejak usia remaja, Kartini sudah menggunakan kebaya model adat Jawa dan juga sarung batik. Saat itu, kebaya menjadi model busana satu-satunya yang digunakan hampir seluruh wanita di Indonesia, karena kebaya tidak hanya ada di budaya Jawa saja.

Menurut Ria Pentasari dalam buku Chic in Kebaya, kebaya tak bisa dipisahkan dari bangsa Arab, Tiongkok, dan Portugis. Kata kebaya dianggap berasal dari ketiga bangsa tersebut. Menurut sejarawan Denys Lombard, kata kebaya berasal dari bahasa Arab “kaba”, yang artinya pakaian. Tak mengherankan jika istilah “abaya” juga masih digunakan untuk pakaian tunik panjang khas Arab.

Kebaya Menjadi Busana Wajib Abad 19
Sejarah kebaya bermula pada abad ke-15 Masehi. Saat itu, kebaya merupakan busana khas perempuan Indonesia, terutama perempuan Jawa. Busana ini terdiri atas baju atasan yang dipadu dengan kain.

Pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis kebaya yang banyak dipakai masyarakat, yakni kebaya Encim, busana yang dikenakan perempuan Cina peranakan di Indonesia, dan kebaya Putu Baru, busana bergaya tunik pendek berwarna-warni dengan motif cantik. Pada abad ke-19, kebaya dikenakan oleh semua kelas sosial setiap hari, baik perempuan Jawa maupun wanita peranakan Belanda. Bahkan kebaya sempat menjadi busana wajib bagi perempuan Belanda yang hijrah ke Indonesia.

Kebaya Abad Ke-19Masuknya Trend Busana Luar
Dikutip dari Kumparan.com (7/1/2018), tahun 1970 – 1980an, pengaruh budaya pop yang kuat dari Eropa dan Amerika membuat jalur dunia mode Indonesia berpaling ke sana. Berbagai tren style bermunculan menunjukkan gaya perkotaan atau fashionable yang mengikuti arus mode di Eropa dan Amerika. Kebaya yang oleh kaum muda dianggap sebagai busana tradisional, dan mulai dianggap ketinggalan mode sehingga kebaya mulai ditinggalkan, walau begitu kebaya masih dikenakan pada berbagai acara resmi atau pada upacara resepsi di tengah masyarakat khususnya kaum wanita.

Walaupun demikian, trend busana dari luar yang masuk ke Indonesia dimanfaatkan oleh designer kebaya untuk menciptakan kebaya trendy. Kebaya trendy ini dipercantik dengan manik-manik dan batu-batu Swarovski. Kebaya modern saat ini juga memperhatikan kebutuhan wanita Indonesia yang menggunakan hijab dan yang ingin untuk memakai kebaya yang tertutup. Kebaya modern ini semakin banyak diminati oleh para wanita Indonesia bahkan wanita mancanegara. Beberapa minggu lalu dalam ajang final Puteri Indonesia 2019 yang dihadiri oleh Miss Universe, Miss International dan Miss Supranational tahun 2019. Para wanita dengan gelar internasional dan 3 besar pemenang ajang Puteri Indonesia 2019, memakai kebaya fashionable rancangan Anne Avantie yang terkenal menjadi icon yang sangat indah dan mampu menarik perhatian dunia. Sekilas wanita mancanegara ini sangat berbeda ketika mengenakan kebaya. Mereka terlihat seperti wanita Indonesia dan lebih anggun. Tidak seperti biasa ketika mereka yang terbiasa mengenakan pakaian sehari-hari.

Miss Supranational 2019 dan Puteri Indonesia Pariwisata 2019Lestarikan Budaya Berkebaya
Meskipun trend busana luar semakin banyak, namun kebaya tidak tenggelam malah semakin mendunia berkat para designer Indonesia yang berbakat dalam menciptakan kebaya. Sesuai dengan kearifan budaya bangsa ataupun daerah, orang bangga akan apa yang dimiliki dari daerahnya sendiri, jika kebudayan bangsa atau daerah tersebut diakui oleh bangsa atau daerah lain maka sipemilik budaya asli akan berjuang untuk merebutkan kembali budaya kebanggaannya.

Oleh karena itu, kita perlu berbangga bahwa kebaya sekarang bahkan diminati oleh wanita-wanita diluar negeri dan designer internasional. Demikian juga wanita Indonesia harus menyadari bahwa kebaya merupakan budaya warisan yang sangat perlu dijaga kelestariannya. Kebaya modern bisa menjadi solusi agar memakai kebaya tidak terlihat cantik dan tidak kalah dengan busana pop. Bisa dimulai dengan memakainya dalam seremonial adat masing-masing maupun acara-acara kantor. Jangan malu untuk memakai kebaya, karena pesona wanita Indonesiamu akan terpancar dengannya.